Longsor Memutus Akses Jalan Provinsi Borong ke Bajawa, Transportasi Lumpuh Total di Flores

Longsor Memutus Akses Jalan Provinsi Borong-Bajawa, Transportasi Lumpuh Total di Flores

Longsor besar terjadi di jalan utama penghubung Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada, tepatnya di Desa Wae Rasan, Kecamatan Elar Selatan. Bencana ini mengakibatkan akses transportasi dari dan ke Borong menuju Bajawa, Flores, lumpuh total. Longsor dengan panjang sekitar 15 meter menutupi badan jalan pada Rabu, 29 Januari 2025.

Edwar Jo, salah satu penduduk setempat, bahwa intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir menjadi penyebab utama longsor ini. "Material longsor menutup badan jalan, kendaraan roda dua hingga roda empat dari dan ke Borong tidak bisa dilalui sama sekali. Akses transportasi satu kecamatan lumpuh. Akses barang dan manusia menjadi tersendat," ungkap Edwar Jo, menggambarkan situasi mendesak di lapangan.

Dampak dari kejadian ini tidak hanya dirasakan oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat umum, namun juga oleh para pelajar. "Karena semua kendaraan umum memilih tidak jalan. Anak-anak sekolah terpaksa tunda berangkat ke Borong dan Ruteng," tambah Edwar Jo. Sekolah-sekolah di Borong, Ruteng, dan sekitarnya mengalami gangguan signifikan karena para siswa tidak bisa mencapai sekolah mereka tepat waktu.

Pengaruh longsor ini tidak berhenti pada sektor pendidikan saja. Aktivitas ekonomi setempat juga terpukul telak. "Masyarakat tidak bisa menjual hasil komoditi dan membelanjakan barang-barang di kota," terang Edwar Jo. Padahal, arus barang dan jasa yang lancar sangat krusial dalam mendukung perekonomian lokal di Manggarai Timur dan Ngada.

Memperhatikan situasi yang semakin menuntut perhatian, Edwar Jo dan penduduk setempat mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur agar segera mengirim alat berat untuk membuka kembali jalur yang tertutup. "Tumpukan material longsor sangat tinggi, sehingga tidak bisa dibersihkan oleh manusia," tegas Edwar Jo. Hal ini senada dengan permohonan yang diajukan oleh beberapa warga Borong lainnya dan para sopir angkutan umum yang merugi karena terganggunya kegiatan transportasi harian mereka.

Untuk menghadapi situasi kritis ini, koordinasi cepat antar instansi terkait diperlukan. Pihak pemerintah daerah diharapkan mengambil langkah-langkah tangkas dan strategis guna mengatasi kendala di lapangan. Selain teknis pembersihan, potensi ancaman serupa di masa depan juga perlu diantisipasi dengan memperkuat perawatan dan pengawasan jalan serta infrastruktur penunjang lainnya.

Longsor yang terjadi harus menjadi alarm bagi semua pihak akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi memicu bencana serupa. Langkah preventif seperti penanaman vegetasi penahan tanah di area rawan longsor dan pengelolaan drainase yang baik perlu menjadi bagian dari kebijakan jangka panjang.

Sebagai bagian dari upaya menyosialisasikan kesadaran risiko bencana, keterlibatan masyarakat dalam mitigasi diharapkan dapat meningkat, karena mereka memiliki pengetahuan lokal yang tak ternilai tentang kondisi setempat. Dalam jangka panjang, peningkatan infrastruktur dan edukasi masyarakat terkait mitigasi bencana sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak negatif dari bencana serupa di masa depan.

Secara keseluruhan, bencana longsor ini memberi tekanan nyata pada pentingnya tindakan segera dan terpadu dalam menangani darurat konflik antara alam dan infrastruktur publik. Antisipasi dan respons yang efektif menjadi kunci untuk menjaga kehidupan dan kegiatan ekonomi masyarakat tetap berjalan normal. Keberhasilan dalam penanganan peristiwa ini akan menjadi tolok ukur penting bagi kesiapan daerah dalam menghadapi tantangan bencana di masa mendatang.