Senin, 29 Desember 2025

Dinamika Geopolitik Global Dorong Kenaikan Harga Minyak Dunia

Dinamika Geopolitik Global Dorong Kenaikan Harga Minyak Dunia
Dinamika Geopolitik Global Dorong Kenaikan Harga Minyak Dunia Terkini

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan penguatan pada awal perdagangan Asia. 

Sentimen pasar dipengaruhi oleh dinamika geopolitik yang masih berkembang di berbagai kawasan. Investor mencermati potensi gangguan pasokan yang dapat memengaruhi keseimbangan pasar energi.

Harga minyak mengalami kenaikan setelah sebelumnya tertekan pada akhir pekan. Ketegangan di kawasan Timur Tengah menjadi salah satu faktor utama perhatian pelaku pasar. Situasi tersebut memunculkan kekhawatiran terhadap stabilitas suplai minyak global.

Baca Juga

Tarif Listrik Tetap Stabil Akhir Desember 2025 untuk Kenyamanan Masyarakat Indonesia

Di sisi lain, pembicaraan perdamaian Rusia dan Ukraina belum sepenuhnya memberikan kepastian. Hambatan dalam proses negosiasi masih membayangi sentimen pasar. Kondisi ini membuat investor tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Pergerakan Harga Minyak Acuan

Harga minyak mentah Brent tercatat mengalami kenaikan signifikan. Nilainya naik 57 sen atau setara 0,94 persen menjadi USD61,21 per barel. Kenaikan ini mencerminkan respons pasar terhadap risiko geopolitik yang meningkat.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate asal Amerika Serikat juga mengalami penguatan. Harga WTI naik 54 sen atau sekitar 0,95 persen menjadi USD57,28 per barel. Pergerakan ini menunjukkan tren sejalan dengan Brent.

Kedua harga acuan tersebut sebelumnya sempat melemah. Penurunan lebih dari dua persen terjadi pada akhir pekan lalu. Tekanan tersebut dipicu oleh kekhawatiran kelebihan pasokan global dan harapan kesepakatan damai.

Ketegangan Geopolitik Jadi Pendorong

Kenaikan harga minyak dinilai tidak terlepas dari kondisi geopolitik global. Konflik Rusia dan Ukraina masih berlangsung dengan intensitas tinggi. Serangan terhadap infrastruktur energi terus terjadi di kedua negara.

"Alasan utama kenaikan harga adalah karena ketegangan geopolitik tetap tinggi, karena Rusia dan Ukraina terus saling menyerang infrastruktur energi masing-masing selama akhir pekan," kata analis di Haitong Futures Yang An. Pernyataan tersebut menegaskan peran konflik dalam pergerakan harga minyak. Ketidakpastian ini memperkuat sentimen risiko di pasar energi.

Selain Eropa Timur, kawasan Timur Tengah juga menjadi sorotan. Ketidakstabilan meningkat seiring perkembangan situasi regional. Kondisi ini menambah kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak dunia.

Timur Tengah dan Kekhawatiran Pasokan

Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas dalam beberapa waktu terakhir. Serangan udara Saudi di Yaman menjadi salah satu faktor pemicu perhatian pasar. Situasi tersebut memperburuk sentimen terhadap stabilitas kawasan penghasil energi.

"Timur Tengah juga tidak stabil baru-baru ini, dengan serangan udara Saudi di Yaman dan Iran mengatakan negara itu berada dalam 'perang skala penuh' dengan AS, Eropa, dan Israel," lanjut dia. Pernyataan ini menyoroti kompleksitas konflik yang terjadi. Risiko eskalasi konflik menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan gangguan pasokan. Investor menilai potensi risiko ini dapat berdampak langsung pada harga minyak. Sentimen pasar pun bergerak lebih defensif menghadapi ketidakpastian.

Harapan Damai dan Proyeksi Harga

Upaya perundingan damai Rusia dan Ukraina masih terus berjalan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan adanya kemajuan dalam pembicaraan. Ia menyebut kesepakatan mungkin semakin dekat meski belum final.

Trump mengatakan akan terlihat dalam beberapa minggu ke depan apakah negosiasi akan berhasil. Pernyataan tersebut disampaikan setelah pertemuan bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Namun, kedua pihak mengakui masih ada detail rumit yang belum terselesaikan.

Perundingan dinilai berjalan positif meski belum ada terobosan besar. Kendali teritorial wilayah Donbas disebut sebagai hambatan signifikan. Analis IG Tony Sycamore menilai situasi ini membatasi pergerakan harga minyak.

Minyak mentah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran USD55 hingga USD60. Pasar juga memperhatikan langkah penegakan hukum Amerika Serikat terhadap pengiriman minyak Venezuela. Selain itu, dampak serangan militer AS terhadap target ISIS di Nigeria turut menjadi perhatian.

Nigeria diketahui memproduksi sekitar 1,5 juta barel minyak per hari. Setiap gangguan di wilayah tersebut berpotensi memengaruhi pasokan global. Faktor-faktor ini membuat prospek harga minyak tetap dinamis ke depan.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga CPO Diprediksi Masih Potensial Menguat Selama Perdagangan Minggu Ini

Harga CPO Diprediksi Masih Potensial Menguat Selama Perdagangan Minggu Ini

Pilihan Rumah Murah Tipe 36 di Jeneponto Sulsel Cocok Bagi Keluarga Baru

Pilihan Rumah Murah Tipe 36 di Jeneponto Sulsel Cocok Bagi Keluarga Baru

PLN Perluas Jumlah SPKLU Tiga Kali Lipat Sambut Libur Akhir Tahun 2025

PLN Perluas Jumlah SPKLU Tiga Kali Lipat Sambut Libur Akhir Tahun 2025

Produksi Nikel Ditata untuk Menjaga Keseimbangan Industri Nasional

Produksi Nikel Ditata untuk Menjaga Keseimbangan Industri Nasional

Harga Batu Bara Bertahan Stabil Seiring Penutupan Perdagangan 2025

Harga Batu Bara Bertahan Stabil Seiring Penutupan Perdagangan 2025