
JAKARTA - Harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak bulan depan ditutup pada US$ 103,6 per ton.
Angka ini turun 0,29% dibandingkan penutupan sebelumnya. Meskipun terjadi penurunan, harga tersebut masih bertahan di level yang cukup tinggi dibandingkan awal September.
Sejak pertengahan bulan, harga batu bara hampir selalu mengalami kenaikan dan hanya sekali stagnan pada 19 September. Sepanjang pekan lalu, harga tercatat menguat 2,63% sehingga wajar jika koreksi terjadi sebagai bentuk pengambilan keuntungan.
Baca JugaPasar Minyak Global Menguat, Investor Pantau Kesepakatan Kurdistan
Banyak investor memanfaatkan momentum reli ini untuk merealisasikan profit sehingga tekanan jual sempat menekan harga. Namun, pelemahan ini dianggap wajar dan tidak mengubah pandangan jangka menengah terhadap komoditas ini.
Sentimen dan Faktor Fundamental
Selain faktor teknikal, harga batu bara juga dipengaruhi oleh sentimen global terkait peralihan energi. Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya menjaga lingkungan membuat permintaan terhadap energi fosil semakin dikaji ulang.
China sebagai negara produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar terus mempercepat pengembangan energi hijau. Negara tersebut menargetkan penurunan emisi karbon dioksida hingga 65% dari level 2005 pada 2030. Target ini mendorong investasi hijau sekitar CNY 3,5 triliun per tahun hingga akhir dekade.
Perkiraan dari China International Capital Corporation menyebutkan puncak emisi karbon akan terjadi pada 2028 dengan volume 11,3 miliar ton. Kondisi ini dapat menekan permintaan batu bara dalam jangka panjang dan mempengaruhi harga di pasar internasional.
Analisis Teknikal Pasar
Secara teknikal, harga batu bara masih berada di zona bearish jika dilihat dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang berada pada level 34. Posisi RSI di bawah 50 menunjukkan kecenderungan pelemahan harga.
Namun, indikator Stochastic RSI justru berada di level 100 yang berarti kondisi sudah sangat jenuh beli. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa pelemahan tidak akan terlalu dalam dan berpotensi berbalik menguat jika ada katalis positif.
Support terdekat diperkirakan berada di US$ 102 per ton. Jika harga menembus level ini, ada peluang penurunan lanjutan hingga US$ 93 per ton. Sebaliknya, jika harga menembus resistensi di US$ 106 per ton, peluang kenaikan ke kisaran US$ 107-110 per ton terbuka.
Prospek dan Strategi Investor
Koreksi yang terjadi saat ini bisa menjadi momen refleksi bagi investor. Dengan kondisi harga yang mulai tenang, pelaku pasar dapat meninjau kembali strategi mereka sebelum memutuskan langkah berikutnya.
Bagi industri pengguna batu bara, harga yang relatif stabil memberi kepastian dalam perencanaan produksi dan pengelolaan biaya energi. Hal ini juga membantu pemerintah menjaga stabilitas sektor energi nasional sekaligus menyiapkan transisi menuju energi yang lebih bersih.
Ke depan, pergerakan harga batu bara akan sangat bergantung pada keseimbangan antara permintaan industri dan komitmen global terhadap energi hijau. Investor disarankan terus memantau indikator teknikal dan kebijakan energi di negara-negara besar seperti China dan India.

Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Hilirisasi Nikel Perlu Transparansi untuk Lindungi Masyarakat dan Lingkungan
- Rabu, 24 September 2025
Logistik Nasional Wajib Perkuat SDM Lewat Inovasi dan Digitalisasi Modern
- Rabu, 24 September 2025
Terpopuler
1.
Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 Terus Mencatat Kenaikan Signifikan
- 24 September 2025
2.
Rasakan 5 Kuliner Jogja Lezat yang Bikin Lidah Ketagihan Saat Liburan
- 24 September 2025
3.
Pasar Minyak Global Menguat, Investor Pantau Kesepakatan Kurdistan
- 24 September 2025
4.
ASDP Merak Pisahkan Jalur Kendaraan Demi Keselamatan Penumpang
- 24 September 2025
5.
Daftar Harga BBM Turun, Pertamina Pastikan Pasokan Aman Nasional
- 24 September 2025