Senin, 08 September 2025

Panduan Cicilan KPR Aman: Jangan Lebih dari 35persen Gaji

Panduan Cicilan KPR Aman: Jangan Lebih dari 35persen Gaji
Panduan Cicilan KPR Aman: Jangan Lebih dari 35persen Gaji

JAKARTA - Membeli rumah sering menjadi impian terbesar bagi banyak orang, tetapi di balik keinginan memiliki hunian sendiri, muncul kekhawatiran terkait kemampuan membayar cicilan. Pertanyaan klasik pun muncul: “Apakah cicilan KPR ini akan membebani keuangan?” atau “Bagaimana jika ada kebutuhan mendesak di masa depan?”

Kekhawatiran ini wajar karena cicilan KPR bukanlah kewajiban yang ringan. Cicilan biasanya berjalan selama 10, 15, hingga 25 tahun, sehingga keputusan yang salah bisa berdampak jangka panjang. Untuk itu, memiliki panduan cicilan yang realistis menjadi hal penting agar rumah yang dibeli tetap menjadi aset yang menenangkan, bukan sumber stres finansial.

Batas Aman Cicilan: 30–35% dari Penghasilan

Baca Juga

KUR Mikro BRI 2025: Solusi Modal Ringan untuk UMKM Naik Kelas

Certified Financial Planner, Yuni Astutik, memberikan panduan praktis agar pembeli rumah dapat menjaga kesehatan finansial. Menurutnya, batas aman cicilan ideal sebaiknya 30–35 persen dari total penghasilan bulanan.

“Cicilan atau utang yang ideal sebaiknya di kisaran 30 sampai 35 persen dari penghasilan,” kata Yuni.

Yang perlu diperhatikan, rasio ini tidak hanya berlaku untuk KPR, tetapi mencakup seluruh utang lain yang dimiliki, mulai dari cicilan kendaraan, kartu kredit, hingga pinjaman lainnya. Dengan demikian, sisa penghasilan sekitar 65 persen bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain seperti biaya hidup, tabungan, investasi, pendidikan anak, dan dana darurat.

Pentingnya Down Payment (DP)

Selain menjaga rasio cicilan, uang muka (Down Payment/DP) juga memegang peranan strategis. Semakin besar DP yang dibayarkan di awal, semakin kecil pokok utang yang harus dicicil setiap bulan.

“Jika ingin cicilan tidak lebih dari 35 persen maka pastikan uang muka yang dibayarkan sesuai,” jelas Yuni.

Dengan DP yang optimal, cicilan bulanan menjadi lebih ringan, sehingga tidak membebani arus kas keluarga. Strategi ini sangat penting untuk memastikan bahwa rumah yang dibeli benar-benar bisa menjadi tempat tinggal nyaman tanpa menimbulkan stres finansial.

Kesalahan Umum yang Sering Terjadi

Yuni menyoroti salah satu kesalahan fatal yang sering dilakukan calon pembeli rumah: tidak menyesuaikan cicilan dengan kondisi finansial.

Kesalahan ini biasanya terjadi ketika seseorang terlalu tergiur oleh promosi properti atau sudah jatuh cinta pada sebuah rumah tertentu. “Adakalanya 'bujuk rayu' marketing properti meluluhkan calon pembeli sehingga mengabaikan kondisi finansial,” ujarnya.

Akibatnya, banyak pembeli akhirnya memilih cicilan yang terlalu besar dan berisiko menimbulkan masalah keuangan di masa depan.

Fungsi Rasio Utang sebagai Rem Pengaman

Rasio utang terhadap penghasilan bukan sekadar angka. Aturan ini dibuat untuk melindungi kondisi finansial pembeli rumah. Dengan menahan cicilan agar tidak lebih dari 35 persen, seseorang bisa mengurangi risiko gagal bayar, sekaligus memastikan sisa penghasilan cukup untuk kebutuhan lain.

Yuni menekankan, “Padahal, rasio keuangan seperti rasio hutang terhadap penghasilan dibuat untuk mengamankan kondisi finansial.”

Artinya, rumah yang dibeli seharusnya menjadi aset yang menenangkan, bukan sumber kecemasan. Dengan rasio cicilan yang aman, pembeli bisa menjalani kehidupan finansial lebih nyaman, tetap memiliki fleksibilitas untuk kebutuhan mendadak, dan lebih tenang dalam merencanakan masa depan.

Strategi Praktis Mengatur Cicilan KPR

Untuk memastikan cicilan KPR tidak membebani, beberapa strategi praktis bisa diterapkan:

Hitung total penghasilan bulanan – termasuk gaji pokok, tunjangan, dan sumber penghasilan lain.

Hitung total kewajiban utang – gabungkan semua cicilan dan pastikan tidak lebih dari 35 persen dari penghasilan.

Pilih DP sesuai kemampuan – semakin besar DP, semakin kecil cicilan bulanan.

Pertimbangkan tenor KPR – tenor lebih panjang memang menurunkan cicilan bulanan, tapi total bunga bisa lebih besar. Pilih tenor yang seimbang dengan kemampuan finansial.

Simpan dana darurat – pastikan ada cadangan untuk biaya tak terduga agar tidak mengganggu pembayaran cicilan.

Membeli rumah adalah keputusan finansial jangka panjang yang membutuhkan perencanaan matang. Dengan menjaga cicilan total di bawah 35 persen dari penghasilan dan membayar DP optimal, calon pembeli dapat memastikan rumah menjadi sumber kenyamanan, bukan tekanan finansial.

Selain itu, menghindari keputusan impulsif akibat promosi properti dan menyesuaikan cicilan dengan kemampuan keuangan menjadi langkah penting untuk stabilitas finansial. Panduan ini tidak hanya melindungi pembeli dari risiko gagal bayar, tetapi juga membantu menciptakan kebebasan finansial dalam jangka panjang.

Dengan strategi yang tepat, rumah impian dapat diwujudkan tanpa mengorbankan kestabilan ekonomi keluarga, sehingga investasi di properti tetap aman dan membawa ketenangan.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BCA Life Catat Tren Kenaikan Klaim Penyakit Kritis, Kesadaran Deteksi Dini

BCA Life Catat Tren Kenaikan Klaim Penyakit Kritis, Kesadaran Deteksi Dini

KUR BNI 2025: Solusi Modal UMKM agar Usaha Lebih Untung

KUR BNI 2025: Solusi Modal UMKM agar Usaha Lebih Untung

Asuransi Jiwa Kredit Tetap Andalan Ciputra Life Pertahankan Kinerja

Asuransi Jiwa Kredit Tetap Andalan Ciputra Life Pertahankan Kinerja

Tren Naik Harga Emas Digital, Investor Ritel Semakin Tertarik

Tren Naik Harga Emas Digital, Investor Ritel Semakin Tertarik

Bank Jatim Dorong Digitalisasi Pariwisata Lewat QRIS Cross Border

Bank Jatim Dorong Digitalisasi Pariwisata Lewat QRIS Cross Border