Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Rupiah Menuju Stabilitas Pasar

Senin, 29 Desember 2025 | 12:31:21 WIB
Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Rupiah Menuju Stabilitas Pasar

JAKARTA - Bank Indonesia diperkirakan akan menerapkan kebijakan suku bunga lebih longgar pada 2026. 

Penyesuaian ini seiring inflasi yang masih terkendali. Ekspektasi pelonggaran moneter global memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan BI rate secara bertahap.

Kisaran BI rate diperkirakan berada di level 4–4,25 persen menjelang akhir tahun depan. Penurunan ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan risiko inflasi tinggi. Strategi ini juga untuk menjaga daya beli masyarakat tetap stabil.

Langkah ini menjadi perhatian pasar karena berdampak langsung pada likuiditas dan akses pembiayaan. Sektor perbankan diharapkan bisa menyalurkan kredit lebih mudah. Hal ini mendukung pemulihan ekonomi nasional yang masih dalam tahap konsolidasi.

Dampak Terhadap Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah menjadi sorotan utama terkait rencana penurunan suku bunga. BI tetap mempertahankan kehati-hatian untuk menjaga stabilitas jangka pendek. Langkah ini penting agar rupiah tidak mengalami fluktuasi tajam yang merugikan perdagangan dan investasi.

Kebijakan suku bunga acuan saat ini dipertahankan di level 4,75 persen. Tujuan utama adalah menyeimbangkan stabilitas rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Investor global juga mengamati keputusan ini untuk mengantisipasi pergerakan modal asing.

Rupiah menunjukkan tren stabil meski menghadapi tekanan eksternal. Ekspektasi pelonggaran suku bunga di negara maju memberi peluang penguatan mata uang domestik. Hal ini mempengaruhi arus modal masuk dan tingkat likuiditas di pasar.

Prospek Inflasi dan Konsumsi

Inflasi tetap terkendali menjadi faktor penting bagi keputusan BI. Tekanan harga yang moderat memungkinkan bank sentral menyesuaikan suku bunga. Hal ini memberi ruang bagi sektor ritel dan konsumsi masyarakat untuk tumbuh.

Konsumsi rumah tangga diharapkan meningkat seiring dengan biaya pinjaman yang lebih ringan. Penurunan suku bunga juga dapat mendorong kredit konsumsi dan usaha mikro. Dampak positif ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama 2026.

Selain itu, pengendalian harga bahan pokok menjadi kunci stabilitas ekonomi. Inflasi yang rendah memberi kepercayaan pada daya beli masyarakat. Dengan kondisi ini, BI dapat fokus pada kebijakan moneter ekspansif untuk mendukung pertumbuhan.

Respons Pasar dan Investor

Pasar menanggapi rencana penurunan BI rate dengan hati-hati. Investor menilai langkah ini sebagai sinyal dukungan terhadap pemulihan ekonomi. Sementara itu, sektor perbankan menyiapkan strategi untuk mengoptimalkan likuiditas.

Kredit perbankan diperkirakan meningkat karena suku bunga lebih rendah. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diuntungkan dengan biaya pembiayaan yang lebih ringan. Permintaan kredit yang lebih tinggi juga mendukung pertumbuhan ekonomi domestik secara berkelanjutan.

Investor asing mengamati pergerakan rupiah dan suku bunga. Stabilitas mata uang menjadi faktor penting dalam keputusan aliran modal. Ekspektasi pelonggaran suku bunga global juga mendorong investor untuk memanfaatkan peluang di pasar domestik.

Prospek Kebijakan Moneter 2026

Kebijakan moneter 2026 fokus pada keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan. BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga secara bertahap. Strategi ini juga untuk mendorong sektor riil, terutama konsumsi dan investasi.

Penurunan BI rate akan berdampak positif pada ketersediaan kredit di masyarakat. Likuiditas yang lebih tinggi mempermudah pelaku usaha mengembangkan bisnis. Dampak jangka panjang diharapkan dapat memperkuat ekonomi nasional dan menjaga stabilitas harga.

Kebijakan ini juga memperhatikan kondisi eksternal, termasuk pelonggaran moneter di negara maju. Bank sentral memastikan langkah yang diambil tidak menimbulkan volatilitas berlebihan. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi dapat terus berjalan dengan stabil dan berkelanjutan.

Terkini