Minggu, 14 September 2025

Harga Minyak Menguat, Peluang Positif Bagi Investor Energi

Harga Minyak Menguat, Peluang Positif Bagi Investor Energi
Harga Minyak Menguat, Peluang Positif Bagi Investor Energi

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali menunjukkan reli positif, naik sekitar 2% setelah Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) melaporkan penurunan persediaan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan. Kondisi ini menegaskan bahwa pasokan global masih menghadapi tekanan, sementara ketidakpastian geopolitik akibat perang Ukraina dan sanksi terhadap minyak Rusia turut memengaruhi sentimen pasar.

Harga minyak mentah Brent berjangka tercatat naik US$ 1,05 atau 1,6% menjadi US$ 66,84 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 86 sen atau 1,4% menjadi US$ 63,21 per barel. Lonjakan ini terjadi setelah perusahaan-perusahaan energi menarik 6 juta barel dari persediaan mereka selama pekan yang berakhir pada 15 Agustus, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan penarikan hanya 1,8 juta barel. Angka penurunan ini bahkan lebih besar dibandingkan data kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) yang mencatat penurunan 2,4 juta barel sebelumnya.

John Kilduff, mitra di Again Capital, menegaskan bahwa penurunan signifikan ini menjadi sinyal bullish bagi pasar minyak. "Kami mengalami penurunan minyak mentah yang cukup besar. Kami melihat peningkatan ekspor, dan permintaan kilang yang kuat benar-benar menjadikan laporan ini bullish," ujarnya.

Baca Juga

Cara Menghitung Tarif Pajak PPH 21 2025

Sebelumnya, harga minyak sempat menurun lebih dari 1% pada hari Selasa, dengan WTI menutup sesi perdagangan pada level terendah sejak akhir Mei. Penurunan ini didorong oleh optimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Namun, fluktuasi harga yang tinggi mencerminkan ketidakpastian dalam negosiasi yang terus berubah dari pesimis menjadi optimis.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, kemungkinan tidak memiliki keinginan untuk mencapai kesepakatan damai. Rusia, sebagai produsen minyak mentah terbesar kedua dunia pada 2024 setelah AS, memiliki pengaruh signifikan terhadap pasokan minyak global. Setiap perjanjian yang dapat mengurangi sanksi terhadap Moskow berpotensi meningkatkan ekspor minyak Rusia ke pasar internasional.

Selain itu, Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan menempatkan pasukan di Ukraina, namun kemungkinan akan memberikan dukungan udara sebagai bagian dari upaya mengakhiri konflik. Di sisi lain, Rusia menegaskan bahwa solusi keamanan di Ukraina tanpa partisipasinya adalah sia-sia, memberikan peringatan kepada Barat yang tengah mencari jaminan perlindungan bagi Kyiv.

Hubungan perdagangan turut menjadi sorotan. Rusia berharap tetap dapat memasok minyak ke India meskipun ada peringatan dari AS, dan berharap perundingan trilateral segera berlangsung dengan India dan Tiongkok. Pemerintah AS juga telah mengumumkan tarif tambahan sebesar 25% untuk barang-barang India yang diekspor ke AS mulai akhir Agustus, sebagai respons atas pembelian minyak Rusia oleh perusahaan penyulingan milik negara India, termasuk Indian Oil dan Bharat Petroleum.

Di tengah gejolak ini, harga minyak tetap sensitif terhadap berita lapangan. Laporan terbaru dari Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan bahwa pasukannya telah menguasai desa Novoheorhiivka di wilayah timur Dnipropetrovsk, dekat Donetsk, menegaskan bahwa penyelesaian konflik dalam waktu dekat tampaknya sulit dicapai. Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ, menilai bahwa kemungkinan penyelesaian cepat konflik Rusia-Ukraina kini semakin kecil, sehingga tekanan terhadap harga minyak diperkirakan masih akan berlanjut.

Perkembangan ini menegaskan bagaimana pasokan fisik minyak, kebijakan geopolitik, serta langkah strategis negara-negara produsen memainkan peran penting dalam menentukan arah harga minyak global. Sementara investor menunggu perkembangan negosiasi damai Ukraina, pasar tetap waspada terhadap ketidakpastian yang dapat memicu volatilitas harga.

Selain itu, dinamika ekspor-impor minyak antara Rusia, India, dan Tiongkok menambah kompleksitas pasar energi. Dengan sebagian besar produksi gas dan minyak Rusia masih terikat kontrak ekspor, penarikan cadangan minyak AS dan meningkatnya permintaan domestik menjadi katalis utama bagi kenaikan harga. Analis memperkirakan tren bullish jangka pendek dapat berlanjut, terutama jika tekanan pasokan tetap terjadi dan negosiasi geopolitik tidak menunjukkan kemajuan signifikan.

Secara keseluruhan, pasar minyak saat ini menunjukkan kombinasi antara faktor fundamental seperti penurunan persediaan AS dan permintaan kilang yang kuat dan risiko geopolitik global. Investor di sektor energi perlu memantau perkembangan negosiasi Ukraina-Rusia, kebijakan ekspor-impor minyak, dan laporan persediaan mingguan untuk mengantisipasi pergerakan harga yang volatil.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Mau Biaya Kuliah di Luar Negeri Gratis? Cek 10 Situs Beasiswa Ini!

Mau Biaya Kuliah di Luar Negeri Gratis? Cek 10 Situs Beasiswa Ini!

Ini Cara Menonaktifkan Google Gemini AI di Google Search, Gampang Banget!

Ini Cara Menonaktifkan Google Gemini AI di Google Search, Gampang Banget!

10 Prompt Action Figure Google Gemini AI Foto Miniatur untuk Kreasi Foto Unik

10 Prompt Action Figure Google Gemini AI Foto Miniatur untuk Kreasi Foto Unik

Inovasi SPKLU Tiang Listrik Dorong Perluasan Infrastruktur Kendaraan Listrik

Inovasi SPKLU Tiang Listrik Dorong Perluasan Infrastruktur Kendaraan Listrik

Penyesuaian Harga BBM Pertamina September Hadir Lebih Terjangkau

Penyesuaian Harga BBM Pertamina September Hadir Lebih Terjangkau