Pengalaman Belanja Online Masih Menyisakan Berbagai Tantangan bagi Konsumen
- Jumat, 19 Desember 2025
JAKARTA - Belanja online semakin menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, terutama saat momentum liburan akhir tahun.
Berbagai festival diskon mendorong lonjakan transaksi di platform digital. Namun di balik antusiasme tersebut, pengalaman konsumen belum sepenuhnya memuaskan.
Pertumbuhan e-commerce yang pesat ternyata masih menyisakan sejumlah celah. Kepuasan pengguna menjadi isu yang terus diperbincangkan seiring meningkatnya jumlah pembeli. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemudahan transaksi belum selalu sejalan dengan kualitas layanan.
Baca Juga
Fenomena belanja online yang belum ideal tercermin dari pengalaman konsumen. Masih banyak pembeli yang merasa dirugikan setelah melakukan transaksi. Hal ini menandakan perlunya perbaikan menyeluruh dalam ekosistem belanja digital.
Temuan Survei Pengguna Digital
Upaya untuk memahami pengalaman konsumen dilakukan melalui survei terhadap pengguna digital di kota-kota besar. Hasil survei menunjukkan bahwa 6 dari 10 pembeli pernah mengalami zonk saat belanja online. Temuan ini menggambarkan tantangan nyata yang dihadapi konsumen.
Survei tersebut melibatkan 800 responden yang terbiasa bertransaksi secara digital. Mayoritas responden mengaku pernah menghadapi kendala dalam proses belanja online. Pengalaman negatif tersebut muncul pada berbagai jenis platform.
Tingkat kendala yang dialami konsumen berbeda-beda tergantung platform yang digunakan. Marketplace mencatat tingkat kendala paling tinggi dibandingkan kategori lainnya. Sementara platform lain juga tidak luput dari keluhan konsumen.
Ragam Kendala pada Platform Digital
Kendala belanja online paling banyak terjadi pada platform marketplace dengan persentase mencapai 91 persen. Supermarket online mencatat tingkat kendala sebesar 84 persen. Sementara kategori Home & Living berada di angka 81 persen dan online travel agent 78 persen.
Perbedaan tingkat kendala ini menunjukkan karakteristik layanan yang beragam. Setiap platform memiliki tantangan tersendiri dalam memenuhi ekspektasi konsumen. Hal ini menjadi catatan penting bagi pelaku industri e-commerce.
Kendala tersebut tidak hanya terjadi sebelum transaksi selesai. Justru sebagian besar masalah muncul setelah pembayaran dilakukan. Kondisi ini mempertegas bahwa fase pasca-belanja masih menjadi titik lemah layanan digital.
Masalah Muncul Setelah Pembayaran
Sebanyak 64 persen kendala dialami konsumen setelah proses pembayaran selesai. Masalah yang muncul meliputi barang palsu, barang tidak sesuai, keterlambatan pengiriman, hingga kondisi barang rusak. Situasi ini memicu kekecewaan konsumen.
Keluhan konsumen menggambarkan adanya kesenjangan antara ekspektasi dan realisasi. Beberapa barang terlihat meyakinkan saat ditampilkan secara daring. Namun saat diterima, kualitasnya tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Kondisi tersebut memperkuat kesimpulan bahwa titik buta e-commerce berada di tahap pasca-belanja. Tahapan ini kerap luput dari perhatian meski sangat menentukan kepuasan konsumen. Kepercayaan pembeli sangat dipengaruhi oleh pengalaman setelah transaksi.
Respons Konsumen dan Evaluasi Layanan
Ketika mengalami masalah, sebagian besar konsumen memilih melaporkannya ke platform. Sebanyak 82 persen konsumen menyampaikan keluhan secara langsung. Dari jumlah tersebut, 96 persen menggunakan jalur resmi seperti aplikasi atau situs platform.
Laporan konsumen menjadi bahan evaluasi bagi penyedia layanan. Keluhan tersebut digunakan untuk memperbaiki sistem dan proses layanan. Pendekatan ini dianggap penting untuk meningkatkan kualitas pengalaman pengguna.
Evaluasi menunjukkan bahwa promo dan diskon bukan faktor utama kepuasan. Konsumen justru menginginkan kepastian dan rasa aman saat berbelanja. Keandalan layanan menjadi aspek yang lebih dibutuhkan dibanding sekadar potongan harga.
Jaminan Layanan untuk Tingkatkan Kepercayaan
Untuk menjawab kebutuhan konsumen, disiapkan lima jaminan utama dalam layanan belanja online. Jaminan tersebut meliputi penyediaan barang original, pengiriman tepat waktu, dan opsi pengembalian barang. Konsumen juga mendapatkan layanan pelanggan yang responsif dan bukan berbasis AI.
Selain itu, tersedia pula perlindungan lengkap tanpa biaya tambahan. Fasilitas ini menjadi salah satu layanan yang paling diminati konsumen. Perlindungan tersebut memberikan rasa aman terutama saat membeli gadget dan elektronik.
Permintaan konsumen menunjukkan arah perubahan preferensi belanja. Kepastian, keamanan, dan layanan purna jual menjadi prioritas utama. Hal ini menjadi sinyal penting bagi industri e-commerce untuk terus berbenah.
Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Rekomendasi Tempat Makan Malam di Surabaya yang Tidak Boleh Dilewatkan
- Jumat, 19 Desember 2025
Timnas Futsal Putri Indonesia Sukses Raih Medali Perak di SEA Games 2025
- Jumat, 19 Desember 2025
Yaqin dan Pratiwi Tambah Dua Emas Triathlon bagi Indonesia di SEA Games 2025
- Jumat, 19 Desember 2025
Hasil Tenis SEA Games Aldila dan Janice Raih Emas ke-83 Usai Hajar Thailand di Laga Final
- Jumat, 19 Desember 2025
Berita Lainnya
Rupiah Menguat Saat Membuka Perdagangan Pasar Keuangan pada Jumat Pagi
- Jumat, 19 Desember 2025
Menkeu Purbaya Pastikan Bantuan Diaspora Bencana Tidak Dikenakan Pajak
- Jumat, 19 Desember 2025
Bursa Asia Diperkirakan Menguat Saat Pembukaan Perdagangan Berkat Sentimen Global
- Jumat, 19 Desember 2025






.jpg)





