JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diproyeksikan mengalami lonjakan laba bersih yang signifikan pada 2026.
Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi produksi bijih nikel di tambang Bahadopi dan Pomalaa, sekaligus kenaikan harga jual nikel matte di pasar global.
Produksi tambang Bahadopi sudah berjalan dengan kapasitas 4 juta ton saprolite dan 10 juta ton limonit per tahun. Sementara itu, tambang Pomalaa direncanakan mulai produksi pada kuartal IV tahun depan dengan kapasitas 11 juta ton per tahun.
Baca JugaIndustri Otomotif RI Terus Tumbuh, Jadi Motor Penggerak Ekonomi Nasional
Prediksi ini membuat saham INCO semakin menarik bagi investor karena potensi pertumbuhan jangka panjang yang kuat. Peningkatan kapasitas produksi di kedua tambang akan memastikan perseroan dapat memenuhi kontrak penjualan yang telah disepakati dengan pembeli besar, sekaligus mengoptimalkan harga jual yang stabil dan kompetitif.
Lonjakan Laba Bersih 2026
Seiring ekspansi produksi, INCO diperkirakan mencatat kenaikan laba bersih hingga 235% pada 2026, mencapai US$181 juta. Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan volume penjualan bijih nikel dan kenaikan harga nikel di London Metal Exchange (LME) yang diprediksi mencapai US$15.500 per ton.
Perseroan telah mengamankan kontrak penjualan dengan harga rata-rata 83% dari harga nikel LME, naik dari sebelumnya 78%. Volume penjualan nikel matte tahun depan diprediksi mencapai 71 ribu ton. Strategi ini menunjukkan kemampuan INCO dalam menjaga margin keuntungan sekaligus memperkuat posisi di pasar global.
Dengan kenaikan laba yang signifikan, saham INCO berpotensi menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari eksposur di sektor nikel, sekaligus menandai kinerja perusahaan yang stabil dan prospektif di tahun-tahun mendatang.
Ekspansi dan Eksplorasi Baru
INCO juga melanjutkan program ekspansi dan eksplorasi untuk memperluas cadangan nikel. Perseroan menargetkan perluasan area Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) di Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa hingga 2,5 kali lipat. Program ini mencakup pengeboran 6.500 lubang per tahun dan upgrade rig sebanyak 50-65 unit.
Langkah ekspansi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi tetapi juga mendukung keberlanjutan pasokan nikel bagi pasar global. Dengan volume cadangan yang lebih besar, INCO dapat merespons fluktuasi permintaan secara lebih fleksibel dan memanfaatkan harga nikel yang menguat untuk meningkatkan profitabilitas.
Selain itu, ekspansi ini juga menciptakan peluang lapangan kerja baru dan memperkuat kontribusi industri pertambangan terhadap ekonomi lokal, khususnya di Sulawesi dan Sulawesi Tenggara, di mana lokasi tambang beroperasi.
Prospek Saham INCO Menarik
Berdasarkan analisis UOB Kay Hian, rekomendasi saham INCO tetap pada posisi “buy” dengan target harga Rp5.200 per saham, naik dari sebelumnya Rp3.000. Potensi gain mencapai 33%, menjadikannya salah satu saham nikel unggulan di pasar modal.
Investor pun dapat memanfaatkan momentum ini karena prospek harga nikel dan permintaan global tetap positif, didukung oleh tren elektrifikasi kendaraan dan peningkatan kebutuhan baterai lithium.
Lonjakan produksi dan ekspansi kontrak penjualan membuat INCO lebih siap menghadapi tantangan pasar dan mempertahankan kinerja keuangan yang solid.
Dengan semua strategi tersebut, INCO menegaskan diri sebagai perusahaan pertambangan nikel yang kompetitif, stabil, dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.
Potensi kenaikan saham yang tinggi semakin menguatkan posisi INCO sebagai pemain utama di sektor nikel Indonesia sekaligus menjadi pilihan menarik bagi investor domestik maupun global.
Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Mentan Tegaskan Harga Pangan Tetap Stabil Menjelang Natal dan Tahun Baru
- Jumat, 19 Desember 2025
Penyesuaian Harga BBM Pertamina Resmi Diberlakukan Serentak di Seluruh Indonesia
- Jumat, 19 Desember 2025
Petani Sawit Sumbar Kembali Optimistis Setelah Harga TBS Mengalami Penguatan
- Jumat, 19 Desember 2025












