Risiko Penularan Campak dan Upaya Pencegahan Efektif yang Wajib Diketahui
- Rabu, 26 November 2025
JAKARTA - Upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit menular menjadi semakin penting ketika campak kembali menjadi perhatian utama karena tingkat penyebarannya yang sangat cepat.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus measles dari keluarga Paramyxoviridae dan dapat menular hanya melalui percikan liur ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Bahkan tanpa kontak langsung, seseorang bisa tertular hanya karena berada dalam ruangan yang sama dengan penderita.
Virus awalnya menyerang saluran pernapasan sebelum menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala seperti demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, hingga ruam khas pada kulit. Anak-anak yang belum mendapat imunisasi lengkap menjadi kelompok paling rentan terhadap penularan cepat ini.
Baca Juga15 Rekomendasi Kado untuk Ibu Guru yang Berkesan, Mana Pilihanmu?
Berita Pertama: Faktor Risiko Penularan Campak
Pemahaman mengenai berbagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap penularan sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Kontak dekat dengan penderita adalah risiko terbesar karena virus mampu bertahan di udara selama dua jam setelah seseorang batuk atau bersin. Mereka yang belum mendapatkan vaksinasi berisiko sekitar 90 persen tertular ketika berada dekat dengan penderita.
Risiko meningkat bagi individu yang hanya menerima satu dosis vaksin, mengingat antibodi dapat menurun seiring bertambahnya usia. Tinggal di hunian padat seperti asrama juga dapat memperbesar peluang penularan karena banyak orang berbagi fasilitas.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat seseorang lebih rentan terhadap gejala berat. Bayi kecil, lansia, pengidap penyakit kronis, orang dengan HIV/AIDS, atau mereka yang menjalani terapi imunosupresif termasuk dalam kategori ini.
Bayi di bawah usia sembilan bulan yang belum bisa divaksinasi memiliki risiko tinggi, begitu pula anak dengan penyakit ginjal yang mengonsumsi obat steroid jangka panjang.
Perjalanan atau interaksi ke wilayah yang sedang mengalami wabah juga meningkatkan risiko. Anak dengan malnutrisi atau kekurangan vitamin A sering mengalami gejala lebih berat dan proses penyembuhan lebih lambat.
Faktor lain termasuk riwayat keluarga yang belum divaksinasi lengkap serta kebiasaan kebersihan yang kurang baik. Virus dapat bertahan di permukaan benda yang sering disentuh, sehingga kebiasaan mencuci tangan menjadi langkah penting.
Infeksi campak juga dapat menghapus memori sistem kekebalan tubuh terhadap kuman, membuat anak lebih rentan sakit akibat penyakit yang sebelumnya berhasil ditangani oleh tubuh.
Berita Kedua: Penularan dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Penularan virus campak terjadi melalui droplet yang keluar saat penderita batuk atau bersin. Setelah masuk melalui saluran pernapasan atau mulut, virus akan menyebar ke seluruh tubuh.
Gejala awal biasanya ditandai dengan demam tinggi, sebelum ruam khas muncul pada hari ketiga hingga keempat demam. Ruam tersebut dimulai dari wajah atau kepala dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Pada kasus tanpa komplikasi, demam mulai mereda pada hari kelima, sementara ruam perlahan menggelap sebelum mengelupas dan menghilang.
Komplikasi campak dapat muncul terutama pada anak kecil atau individu dengan sistem imun lemah. Pneumonia menjadi komplikasi paling sering dan merupakan penyebab utama kematian akibat campak. Selain itu, diare dan dehidrasi menjadi keluhan yang umum pada saluran cerna.
Radang telinga tengah sering ditemukan pada anak, dan ensefalitis menjadi komplikasi jarang tetapi serius karena dapat menyebabkan kejang, gangguan saraf, atau kerusakan otak permanen.
Diagnosis campak umumnya ditegakkan dari gejala klasik seperti demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang menyebar. Pemeriksaan laboratorium seperti tes antibodi atau PCR dapat dilakukan jika diperlukan.
Berita Ketiga: Upaya Pencegahan dan Perlindungan Jangka Panjang
Pencegahan campak yang paling efektif adalah melalui imunisasi sesuai jadwal. Vaksin MR diberikan mulai usia sembilan bulan, diulang pada usia 15–18 bulan, dan dosis ketiga pada usia 5–7 tahun.
Jika hingga usia 12 bulan anak belum mendapat vaksin MR, vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12–15 bulan dan dosis kedua pada usia 5–7 tahun.
Pilihan lain seperti MMRV dapat diberikan pada usia dua tahun atau lebih. Imunisasi pasif juga tersedia melalui imunoglobulin serum yang diberikan dalam kurun waktu lima hari setelah terjadi paparan.
Selain vaksinasi, isolasi perlu dilakukan pada orang yang sudah terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Mengingat virus sangat mudah menyebar, menjaga daya tahan tubuh, mencuci tangan secara rutin, serta menerapkan etika batuk menjadi upaya penting dalam memutus rantai penularan. Kesadaran keluarga, terutama yang memiliki anak kecil, menjadi kunci untuk mengurangi risiko perkembangan kasus campak di lingkungan sekitar.
Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Nama Makanan Khas Korea Populer dan Cita Rasanya yang Bikin Ketagihan
- Sabtu, 20 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Makan Malam di Surabaya yang Tidak Boleh Dilewatkan
- Jumat, 19 Desember 2025
Herbal Alami Dapat Membantu Penderita Diabetes Mengontrol Gula Darah Secara Alami
- Jumat, 19 Desember 2025
Minum Teh Hijau pada Waktu Tepat Tingkatkan Metabolisme Tubuh Secara Alami
- Jumat, 19 Desember 2025











