JAKARTA - Harga batu bara kontrak Desember kembali menunjukkan tren positif setelah sempat melemah beberapa hari sebelumnya.
Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu ditutup di level US$111,9 per ton, naik tipis 0,58%. Meski kenaikannya kecil, pergerakan ini berhasil menghentikan tren negatif yang sebelumnya membuat harga turun sekitar 3% dalam tiga hari berturut-turut.
Kabar baik juga datang dari laporan World Energy Outlook (WEO) 2025 yang dirilis oleh International Energy Agency (IEA). Laporan tersebut menyebutkan bahwa penggunaan energi fosil global diperkirakan akan mencapai puncaknya sebelum tahun 2030.
Baca JugaIndustri Otomotif RI Terus Tumbuh, Jadi Motor Penggerak Ekonomi Nasional
Hal ini menjadi indikasi bahwa meskipun transisi energi terus berlangsung, batu bara masih akan memainkan peran signifikan dalam sistem energi dunia selama beberapa tahun mendatang.
Dalam laporan yang sama, IEA menegaskan bahwa batu bara saat ini sudah atau hampir mencapai puncak konsumsi globalnya, sementara minyak diperkirakan akan menyusul pada 2030 dan gas pada 2035. Prediksi ini didasarkan pada kebijakan energi yang telah dinyatakan oleh berbagai negara di dunia.
Lonjakan Energi Bersih dan Revisi Proyeksi Batu Bara
Menariknya, dalam skenario kebijakan global tersebut, IEA juga memperkirakan pertumbuhan luar biasa pada sektor energi bersih.
Energi nuklir diproyeksikan meningkat sebesar 39% pada 2035, energi surya melonjak hingga 344%, dan tenaga angin tumbuh sekitar 178%. Tren ini mencerminkan percepatan dunia menuju energi rendah karbon.
Namun, dibandingkan laporan tahun sebelumnya, terdapat penyesuaian penting pada proyeksi konsumsi batu bara. IEA merevisi naik sekitar 6% untuk jangka pendek, menunjukkan bahwa permintaan batu bara masih cukup kuat dalam periode transisi menuju energi bersih.
Revisi ini bisa disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi di negara-negara berkembang serta keterlambatan investasi pada infrastruktur energi terbarukan.
Sementara itu, harga batu bara termal di pelabuhan-pelabuhan utama China (port-side) terus mengalami kenaikan. Namun, laju kenaikannya mulai melambat seiring dengan keputusan pembeli utilitas yang menahan diri untuk membeli di tengah harga yang lebih tinggi.
Beberapa pelaku pasar juga mulai melakukan realisasi keuntungan setelah lonjakan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir, sehingga momentum kenaikan harga sedikit tertahan.
Faktor Produksi dan Cuaca Pengaruhi Kestabilan Harga
Walaupun kenaikan harga batu bara global mulai kehilangan momentum, sejumlah faktor pendukung masih tetap ada.
Salah satunya adalah pengurangan sementara produksi di beberapa wilayah tambang utama yang berdampak pada pasokan global. Selain itu, kondisi cuaca ekstrem di beberapa negara juga turut memengaruhi distribusi dan ketersediaan batu bara di pasar.
Kendati demikian, stabilitas harga saat ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditas energi tersebut masih terjaga.
Dalam konteks ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, batu bara tetap menjadi sumber energi penting bagi banyak negara, terutama di kawasan Asia yang masih bergantung pada energi fosil untuk menopang pertumbuhan industrinya.
IEA menegaskan, keberlanjutan harga batu bara juga bergantung pada kebijakan energi nasional dan global.
Jika pemerintah berbagai negara mempercepat investasi pada energi bersih, maka permintaan batu bara akan menurun lebih cepat. Namun selama transisi masih berlangsung secara bertahap, batu bara akan tetap memiliki ruang signifikan di pasar energi internasional.
Peluang Ekspor Indonesia di Tengah Kenaikan Harga
Kenaikan harga batu bara di pasar China juga membuka peluang baru bagi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama komoditas tersebut.
Saat harga batu bara domestik China menjadi lebih kompetitif, importir negeri itu cenderung lebih selektif dalam memilih sumber batu bara. Kondisi ini bisa dimanfaatkan Indonesia dengan menawarkan keunggulan dari segi kualitas, harga, serta efisiensi logistik.
Selain itu, penguatan harga di pasar global dapat membantu memperbaiki neraca perdagangan nasional serta meningkatkan pendapatan dari sektor pertambangan. Namun, pemerintah dan pelaku industri perlu memastikan agar peningkatan ekspor tetap memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan.
Dengan posisi strategis di pasar Asia, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan momentum ini. Optimalisasi produksi, efisiensi rantai pasok, dan penguatan infrastruktur pelabuhan bisa menjadi kunci agar batu bara Indonesia tetap kompetitif di tengah dinamika pasar energi global.
Meskipun arah kebijakan energi dunia perlahan beralih menuju sumber terbarukan, periode transisi ini masih memberi ruang bagi batu bara untuk berperan penting dalam stabilitas energi regional.
Bagi Indonesia, momentum harga yang mulai pulih ini dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat posisi di pasar ekspor sekaligus menyiapkan strategi jangka panjang menuju transformasi energi yang berkelanjutan.
Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Meninggalkan Kesalahan Finansial Demi Mewujudkan Kondisi Keuangan Lebih Sehat
- Rabu, 24 Desember 2025
Berita Lainnya
Mentan Tegaskan Harga Pangan Tetap Stabil Menjelang Natal dan Tahun Baru
- Jumat, 19 Desember 2025
Penyesuaian Harga BBM Pertamina Resmi Diberlakukan Serentak di Seluruh Indonesia
- Jumat, 19 Desember 2025
Petani Sawit Sumbar Kembali Optimistis Setelah Harga TBS Mengalami Penguatan
- Jumat, 19 Desember 2025
Terpopuler
1.
17 Makanan Khas Kalimantan Barat Terkenal Enak & Wajib Dicoba
- 23 Desember 2025
2.
3.
15 Rekomendasi Kado untuk Ibu Guru yang Berkesan, Mana Pilihanmu?
- 22 Desember 2025
4.
Top 10 Tempat Wisata di Semarang yang Wajib Dikunjungi
- 22 Desember 2025
5.
8 Aplikasi Gratis Transfer Uang 2025, Bebas Admin ke Semua Bank
- 22 Desember 2025












