Selasa, 30 Desember 2025

Perbankan Bersiap, Rupiah Terseret Sentimen Domestik dan Global

Perbankan Bersiap, Rupiah Terseret Sentimen Domestik dan Global
Perbankan Bersiap, Rupiah Terseret Sentimen Domestik dan Global

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan, bergerak di kisaran Rp16.400-an per dollar AS pada perdagangan pasar spot. Pelemahan mata uang domestik ini terjadi di tengah sentimen risk off dari kondisi domestik dan dinamika pasar global. Meski demikian, penguatan tipis tercatat pagi ini, menandakan rupiah masih mencoba mencari pijakan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi dua faktor utama. Dari sisi domestik, aksi demonstrasi menciptakan tekanan pada pasar, sementara dari sisi global, prospek pemangkasan suku bunga The Fed membuat dollar AS melemah. Kondisi ini membuat investor cenderung menahan langkah, menunggu data-data ekonomi penting dari Amerika Serikat pekan ini sebelum mengambil keputusan.

“Kisaran pergerakan rupiah hari ini diprediksi berada di level 16.350 hingga 16.500 per dollar AS,” ujar Lukman. Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah berada di level Rp16.463 per dollar AS, sedikit melemah dibandingkan penutupan sebelumnya.

Baca Juga

Pertumbuhan Reasuransi Nasional Diprediksi Stabil, Indonesia Re Tetap Optimis 2026

Di sisi perbankan, kurs rupiah hari ini juga mengalami perbedaan tipis antara bank besar. Misalnya, di BRI kurs jual dipatok Rp16.469 per dollar AS, sedangkan Bank Mandiri mematok Rp16.500 per dollar AS. Kurs jual ini menunjukkan harga di mana bank menjual dollar AS kepada nasabah, sementara kurs beli di kisaran Rp16.388 hingga Rp16.470.

Meski Bank Indonesia terus melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar, tekanan eksternal dan domestik membuat rupiah sulit menguat signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa rupiah masih rentan terhadap fluktuasi global, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat dan sentimen pasar yang sensitif terhadap ketidakpastian politik dalam negeri.

Investor kini berada dalam posisi wait and see. Pergerakan rupiah yang relatif terbatas mencerminkan kehati-hatian pasar, di mana setiap berita ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, dapat memicu volatilitas. Pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada perdagangan valas, tetapi juga pada harga impor, komoditas, serta inflasi domestik, sehingga menjadi perhatian penting bagi pelaku pasar dan pemerintah.

Dengan kondisi ini, pelaku pasar disarankan tetap memantau kurs rupiah secara real time dan memahami dinamika global yang memengaruhi pergerakan mata uang. Dari sisi kebijakan, koordinasi antara BI dan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan mencegah gejolak yang lebih tajam di pasar valas.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pemerintah Tetapkan Kebijakan Pajak 2026 Dorong Digitalisasi dan Kepatuhan Wajib Pajak

Pemerintah Tetapkan Kebijakan Pajak 2026 Dorong Digitalisasi dan Kepatuhan Wajib Pajak

OJK Percepat Konsolidasi BPD dan BPR S Nasional Demi Stabilitas Keuangan

OJK Percepat Konsolidasi BPD dan BPR S Nasional Demi Stabilitas Keuangan

Dorong Literasi Finansial, BluInvest BCA Digital Ajak Generasi Muda Berinvestasi

Dorong Literasi Finansial, BluInvest BCA Digital Ajak Generasi Muda Berinvestasi

Coretax Jadi Pilar Baru untuk Tingkatkan Rasio Pajak Nasional

Coretax Jadi Pilar Baru untuk Tingkatkan Rasio Pajak Nasional

Pertumbuhan Ekuitas Organik Diproyeksikan Tumbuh, Reasuransi Indonesia Tetap Optimistis

Pertumbuhan Ekuitas Organik Diproyeksikan Tumbuh, Reasuransi Indonesia Tetap Optimistis