Proyeksi OECD: Ekonomi Indonesia Diperkirakan Menguat 4,9 Persen

Rabu, 24 September 2025 | 14:05:33 WIB
Proyeksi OECD: Ekonomi Indonesia Diperkirakan Menguat 4,9 Persen

JAKARTA - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% pada 2025, lebih tinggi dibanding proyeksi sebelumnya di Juni 2025 sebesar 4,7%.

Kenaikan ini didorong oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang melonggarkan kebijakan moneter dan akselerasi investasi. "Laporan OECD Economic Outlook mencatat, pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dan investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9% diproyeksikan untuk 2025 dan 2026," tulis laporan tersebut.

Meski demikian, proyeksi OECD masih di bawah ekspektasi pemerintah, yang menargetkan pertumbuhan di atas 5% pada 2025 dan 5,4% pada 2026. Hal ini menunjukkan optimisme pemerintah terhadap perbaikan sisi permintaan dan penawaran.

Pelonggaran Ruang Moneter Bank Indonesia

Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada September 2025. Bank sentral membuka peluang penurunan lebih lanjut sesuai kondisi ekonomi dan stabilitas rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan penurunan suku bunga acuan juga mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental.

Selain BI Rate, BI menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 3,75% dan lending facility 25 bps menjadi 5,5%. Langkah ini menjadi bagian dari strategi mendorong pertumbuhan sambil tetap menjaga kestabilan moneter.

Rezim Kebijakan Pro-Growth

Perry menegaskan bahwa kebijakan BI diarahkan secara keseluruhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (pro-growth), namun tetap mempertahankan stabilitas moneter. "Semua kebijakan kami di BI memang telah all out untuk pro-growth dengan tetap menjaga stabilitas," ujarnya.

Sejak September 2025, BI telah menurunkan suku bunga enam kali untuk mendorong pertumbuhan. Bank sentral juga melakukan ekspansi likuiditas moneter, menyalurkan dana ke bank BUMN maupun swasta sebesar Rp384 triliun.

Langkah lain termasuk menurunkan posisi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp200 triliun dan membeli Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah hingga Rp217 triliun hingga pertengahan September 2025. Semua langkah dilakukan secara prudent dan terukur.

Dukungan Investasi dan Stabilitas Ekonomi

Kebijakan pro-growth yang dijalankan BI diharapkan memperkuat daya tarik investasi di Indonesia. Langkah pelonggaran moneter dan ekspansi likuiditas bertujuan menjaga stabilitas makro sekaligus mendorong pertumbuhan jangka menengah.

Dengan kondisi ini, pemerintah optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,4% pada 2026 dapat tercapai. Proyeksi ini juga mencerminkan koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter untuk memastikan momentum pertumbuhan tetap terjaga.

Secara keseluruhan, strategi BI yang pro-growth dan fokus pada stabilitas moneter diharapkan mampu menciptakan iklim ekonomi kondusif. Investasi publik dan swasta, didukung likuiditas yang memadai, menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Terkini