Harga Minyak Bergerak Naik Ditengah Peningkatan Pasokan dan Penguatan Dolar AS
- Rabu, 29 Januari 2025

Pada Selasa, 29 Januari 2025, harga minyak mentah menunjukkan kenaikan meskipun diwarnai sejumlah tantangan dari sisi pasokan dan nilai tukar. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup dengan kenaikan sebesar 60 sen, atau setara dengan 0,82%, menjadi $73,77 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent juga mengalami kenaikan 41 sen atau 0,53% dan ditutup pada harga $77,49 per barel.
Kenaikan harga tersebut salah satunya dipicu oleh keputusan Bank of America yang memangkas estimasi surplus minyak mentah global tahun 2025. Bank ini merevisi proyeksi surplus minyak global dari 750.000 barel per hari menjadi hanya 100.000 barel per hari. Revisi ini didasarkan pada beberapa faktor, termasuk sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia, sikap agresif terhadap Iran dan Venezuela, serta keputusan OPEC+ yang menunda peningkatan produksi. "Perubahan kebijakan dan situasi geopolitik global memberikan dampak signifikan terhadap pasokan minyak mentah secara menyeluruh," kata seorang analis dari Bank of America.
Meskipun demikian, penguatan harga minyak terbatas akibat kenaikan nilai tukar dolar AS. Pasar mencermati kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang mempertimbangkan penerapan tarif lebih tinggi untuk berbagai komoditas seperti baja dan tembaga, hingga chip semikonduktor. Langkah ini dinilai berpotensi mengurangi permintaan energi di tengah ketidakpastian pasar. "Kami menginginkan tarif universal yang jauh lebih besar dari 2,5%," ujar Trump dalam pernyataannya pada Senin malam.
Sementara itu, ketegangan di Libya juga sempat menambah kekhawatiran pasar terkait gangguan pasokan. Pelabuhan minyak Es Sider dan Ras Lanuf menjadi pusat perhatian setelah pengunjuk rasa setempat menghambat pemuatan minyak pada Selasa, mengancam sekitar 450.000 barel ekspor per hari. Namun, kekhawatiran ini berhasil diredakan setelah National Oil Corporation (NOC) Libya mengonfirmasi bahwa aktivitas ekspor berjalan normal kembali menyusul negosiasi yang dilakukan dengan pengunjuk rasa. "Situasi di Libya menunjukkan bagaimana ketidakpastian politik dapat berdampak langsung pada pasokan minyak global," kata seorang analis pasar energi.
Di sisi lain, data terbaru dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan adanya peningkatan pasokan minyak mentah mingguan. Data ini akan diikuti oleh rilis data serupa dari Energy Information Administration (EIA) AS nanti malam yang juga diantisipasi menunjukkan peningkatan. Laporan-laporan ini, bila terealisasi, dapat memberi tekanan tambahan pada harga minyak di pasar global.
Selain itu, keputusan kebijakan suku bunga oleh The Federal Reserve juga menjadi perhatian para pelaku pasar. Meski suku bunga diperkirakan tetap tidak berubah, pernyataan dari ketua Fed dalam konferensi pers pasca-keputusan tersebut akan dicermati untuk mencari sinyal apakah ada potensi penurunan suku bunga di pertemuan berikutnya. Pengumuman kebijakan yang bersifat dovish dari The Fed dapat berarti penurunan nilai dolar AS, yang berpotensi mendukung kenaikan harga minyak. "Pasar sangat menunggu sinyal dari The Fed yang dapat mempengaruhi pergerakan dolar dan selanjutnya harga minyak," ujar seorang ekonom dari Vibiz Research Center.
Dalam perspektif perdagangan mendatang, menurut analisis dari Vibiz Research Center, harga minyak mentah diperkirakan bergerak turun sebagai akibat dari peningkatan pasokan minyak mentah mingguan yang dirilis API serta penguatan dolar AS. Jika data pasokan mingguan dari EIA juga menunjukkan peningkatan, harga minyak dapat mengalami tekanan lebih lanjut. Sebaliknya, jika pernyataan The Fed cenderung dovish sehingga melemahkan dolar, ini bisa menjadi faktor pendukung untuk kenaikan harga minyak. Harga minyak mentah AS untuk selanjutnya diperkirakan bergerak dalam kisaran support antara $73,03 hingga $72,29. Namun, jika ada kenaikan, harga dapat mencapai kisaran resistance antara $74,41 hingga $75,05.
Pasar minyak terus memasuki masa-masa dinamis dengan banyaknya variabel yang mempengaruhi. Dari kebijakan perdagangan internasional, ketegangan geopolitik hingga data ekonomi makro yang dirilis dari berbagai lembaga, semua hal ini memberikan sentimen terhadap arah pergerakan harga minyak. Oleh karena itu, pemantauan terhadap faktor-faktor ini menjadi krusial bagi pelaku pasar dan pengamat ekonomi untuk membuat keputusan yang tepat di tengah tantangan dan dinamika yang ada.

Mazroh Atul Jannah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Van Dijk Ungkap Giroud Lawan Terberat Sepanjang Karier di Liverpool
- Kamis, 11 September 2025
Proyek Tol Infrastruktur Jalan Tingkatkan Mobilitas Nasional dan Daerah
- Kamis, 11 September 2025
Terpopuler
1.
Cara Lindungi WhatsApp Agar Nomor Tak Dikenal Tidak Tayang Ganggu
- 11 September 2025
2.
Samsung Galaxy S25 FE Hadir dengan Fitur Lengkap Lebih Canggih
- 11 September 2025
3.
Liburan Wisata Menyenangkan ke Eropa, Lima Destinasi Paling Diminati
- 11 September 2025
4.
iPhone 17 Pro dan Pro Max Tawarkan Inovasi Teknologi Mumpuni
- 11 September 2025
5.
KM Nggapulu PELNI Layani Rute Pelayaran Pulau Indonesia Lengkap
- 11 September 2025