Pakaian dari Kain Sintetis Bisa Menjadi Sarang Kuman, Ini Cara Mengantisipasinya
- Kamis, 20 November 2025
JAKARTA - Musim hujan kerap meningkatkan risiko flu dan pilek, namun banyak orang tidak menyadari pakaian sehari-hari juga dapat menjadi medium kuman.
Kaus, jaket, celana, dan pakaian lain yang digunakan dalam aktivitas harian bisa menempelkan kuman dari lingkungan.
Ahli mikrobiologi, Jason Tetro, menjelaskan bahwa pakaian bersifat berpori dan mudah menyerap partikel dari sekitarnya. "Pakaian pada dasarnya seperti cawan petri yang padat. Apa pun yang menyentuhnya akan menempel," ujarnya.
Baca Juga15 Rekomendasi Kado untuk Ibu Guru yang Berkesan, Mana Pilihanmu?
Virus dan bakteri dapat bertahan lebih lama pada bahan tertentu, terutama yang menyerap dan menahan kelembapan.
Aktivitas sehari-hari seperti naik transportasi umum, bekerja di ruangan tertutup, atau bertemu orang sakit, membuat jumlah kuman yang menempel meningkat. Meski begitu, Tetro menegaskan tidak semua kuman langsung menular karena sebagian tertahan kuat di serat kain.
Pengaruh Kondisi Pakaian terhadap Kuman
Kondisi pakaian juga memengaruhi seberapa lama kuman bisa bertahan. Pakaian yang lembap atau basah akibat keringat atau hujan lebih mudah ditempeli kuman. Sebaliknya, pakaian kering membuat kuman cenderung tetap menempel dan risiko penularan lebih rendah.
Bakteri dan jamur dapat bertahan hingga 90 hari, tergantung kondisi lingkungan. Virus pernapasan umum, seperti flu, COVID-19, dan RSV, biasanya bertahan 8–12 jam dalam jumlah yang masih menular.
Spesialis penyakit menular, Anne Liu, menegaskan bahwa pakaian bukan sumber utama penularan virus pernapasan. Penularan lebih sering melalui bersin dan batuk.
Namun, beberapa virus, seperti norovirus penyebab muntaber, tidak bisa dibunuh hanya dengan hand sanitizer berbahan alkohol, sehingga perhatian terhadap kebersihan pakaian tetap penting.
Jenis Kain dan Lama Kuman Bertahan
Jenis kain sangat menentukan daya tahan kuman. Bahan sintetis seperti poliester membuat virus bertahan lebih lama dibanding serat alami seperti katun atau wol. Liu menjelaskan, poliester cenderung menjaga virus hidup lebih lama karena sifat permukaannya yang berbeda.
Tetro menambahkan bahwa kain sintetis terbuat dari petrokimia sehingga lebih berminyak. Lingkungan berminyak ini disukai mikroba, yang membuat mereka lebih mudah bertahan hidup dan berkembang.
Pakaian berbahan sintetis, apalagi yang digunakan saat berkeringat atau banyak beraktivitas di luar ruangan, bisa menjadi sarang mikroba.
Tips Mengurangi Risiko Kuman di Pakaian
Untuk menekan risiko, pastikan pakaian dicuci secara rutin dan dikeringkan hingga benar-benar kering. Pakaian lembap sebaiknya segera diganti setelah beraktivitas.
Kebiasaan sederhana ini membantu mengurangi penyebaran kuman, terutama pada musim flu. Dengan memperhatikan jenis kain dan kondisi pakaian, masyarakat dapat menjaga kebersihan sekaligus meminimalkan risiko infeksi dari pakaian yang digunakan sehari-hari.
Selain itu, kesadaran akan bahan pakaian yang digunakan juga penting. Mengombinasikan bahan alami dengan bahan sintetis dalam pakaian sehari-hari dapat menurunkan peluang kuman berkembang pesat. Langkah-langkah ini penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat di rumah maupun saat beraktivitas di luar.
Alif Bais Khoiriyah
wartafinansial.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Nama Makanan Khas Korea Populer dan Cita Rasanya yang Bikin Ketagihan
- Sabtu, 20 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Makan Malam di Surabaya yang Tidak Boleh Dilewatkan
- Jumat, 19 Desember 2025
Herbal Alami Dapat Membantu Penderita Diabetes Mengontrol Gula Darah Secara Alami
- Jumat, 19 Desember 2025
Minum Teh Hijau pada Waktu Tepat Tingkatkan Metabolisme Tubuh Secara Alami
- Jumat, 19 Desember 2025











