JAKARTA - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapatkan investasi senilai Rp 4,2 triliun dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengembangkan industri garam, perikanan, dan elektrifikasi desa. Investasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan kemandirian industri nasional serta mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa proyek industri garam yang dirancang untuk wilayah Sabu Raijua bertujuan menjadikan Indonesia lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan garam nasional. Dengan kapasitas produksi yang diproyeksikan mencapai 850 ribu ton per tahun, proyek ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor garam, yang saat ini masih mencapai sekitar 1,7 juta ton per tahun.
“Investasi ini merupakan langkah strategis dalam mengurangi defisit impor garam nasional dan mempercepat pertumbuhan industri lokal,” kata Bahlil dalam pertemuan dengan Gubernur NTT Melki Laka Lena di Jakarta, Kamis 20 Maret 2025.
Bahlil menjelaskan bahwa groundbreaking proyek industri garam di Sabu Raijua ditargetkan berlangsung tahun ini, dengan operasional komersial dijadwalkan mulai 2027. Menurutnya, proyek ini juga akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dengan membuka lapangan kerja baru.
“Investasi ini tidak hanya membawa keuntungan ekonomi, tetapi juga membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat,” ujarnya.
Selain industri garam, pemerintah juga mendorong hilirisasi industri ikan tangkap dan rumput laut di NTT. Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu kekuatan utama provinsi ini, dan pengembangan hilirisasi akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi hasil tangkapan nelayan lokal.
“Hilirisasi industri ikan dan rumput laut sangat penting agar hasil laut dari NTT tidak hanya dijual dalam bentuk bahan mentah, tetapi juga dapat diolah menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi,” kata Bahlil.
Untuk mendukung sektor industri dan kesejahteraan masyarakat, pemerintah juga berkomitmen dalam percepatan elektrifikasi desa. Menurut data Kementerian ESDM, masih terdapat beberapa wilayah di NTT yang belum sepenuhnya mendapatkan akses listrik, sehingga proyek ini menjadi prioritas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Gubernur NTT Melki Laka Lena menyambut baik dukungan pemerintah pusat dan menegaskan kesiapan NTT dalam menjalankan investasi ini. Ia memastikan bahwa pihaknya akan segera menyiapkan segala kebutuhan teknis agar proyek dapat berjalan sesuai rencana.
“Kami akan segera menyiapkan semua data dan kebutuhan agar program ini berjalan sesuai rencana,” kata Melki Laka Lena.
Pemerintah daerah akan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk investor dan kementerian terkait, untuk memastikan kelancaran implementasi proyek. Dengan komitmen kuat dari pemerintah pusat dan daerah, NTT semakin dekat menjadi pusat industri garam, perikanan, dan energi di Indonesia.
Para pengamat menilai bahwa langkah ini dapat menjadi game-changer bagi perekonomian NTT yang selama ini masih bergantung pada sektor pertanian dan pariwisata. Dengan pengelolaan yang baik, proyek ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat dan meningkatkan daya saing industri di tingkat nasional maupun internasional.
Dengan investasi sebesar Rp 4,2 triliun, harapan besar bertumpu pada keberhasilan proyek ini untuk mengangkat NTT menjadi salah satu pusat industri strategis di Indonesia. Pemerintah pusat dan daerah terus berkomitmen untuk memastikan bahwa investasi ini tidak hanya terealisasi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.